UI Hadirkan Inovasi Modul Virtual Reality untuk Pelatihan Inseminasi dan Transfer Embrio

Universitas Indonesia (UI) terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan inovasi pendidikan berbasis teknologi. Melalui Program Pendanaan Inovasi Skema P1 tahun 2024, UI mengembangkan modul pembelajaran simulatif berbasis Virtual Reality (VR) untuk mendukung pelatihan keterampilan medis, khususnya prosedur inseminasi intrauterine dan transfer embrio. Program ini dipimpin oleh Dr. Nurul Safitri, S.Sos, M.A dari Fakultas Ilmu Administrasi UI, bekerja sama dengan tim dokter spesialis dari Fakultas Kedokteran UI, yaitu Dr. dr. Gita Pratama, Sp.OG (K), Subsp.F.E.R, M.Rep.Sc., Dr. dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.OG (K), Subsp. F.E.R dan dr. Mila Maidarti, Sp.OG (K), Subsp. F.E.R, Ph.D.

Dalam pendidikan residensi obstetri dan ginekologi, keterampilan klinis selama ini masih banyak diajarkan melalui metode konvensional berbasis observasi dan praktik langsung menggunakan model fantom. Namun, pendekatan ini menghadapi berbagai keterbatasan. Ketersediaan kasus di lapangan sering kali terbatas, sementara praktik langsung pada pasien nyata membawa risiko etis dan medis. Kondisi tersebut menimbulkan kesenjangan dalam proses pembelajaran yang seharusnya lebih aman, berulang, dan efektif. Untuk menjawab tantangan tersebut, tim UI menghadirkan pendekatan baru melalui teknologi Virtual Reality. Dengan modul VR, residen dapat berlatih secara aman tanpa risiko pada pasien, memperoleh pengalaman yang lebih realistis, serta mengulang prosedur hingga benar-benar terampil. Teknologi ini membuka peluang besar untuk menetapkan standar baru dalam pelatihan medis berbasis simulasi.

Gambar: Virtual Reality untuk Pembelajaran Inseminasi dan Transfer Embrio

Pengembangan modul VR dilakukan melalui lima tahapan utama. Pertama, perancangan instrumen berupa kuesioner dan panduan Focus Group Discussion (FGD). Kedua, pelaksanaan wawancara mendalam dan FGD bersama dokter spesialis, residen, manajemen rumah sakit, dan pengembang teknologi. Ketiga, diseminasi kuesioner secara nasional dengan melibatkan 121 responden dari berbagai institusi. Keempat, analisis data kualitatif dan kuantitatif untuk memahami kebutuhan serta ekspektasi pengguna. Kelima, penyusunan dokumen studi kelayakan dan analisis bisnis sebagai dasar untuk pengembangan modul VR ke tahap berikutnya. Menurut Dr. Nurul Safitri, respons positif datang dari para responden lintas profesi. “Mereka menyatakan kebutuhan nyata atas simulasi pembelajaran yang lebih aman, realistik, dan efisien. Teknologi VR dinilai mampu menjawab kesenjangan yang selama ini ada dalam pembelajaran klinis,” jelasnya.

Hasil utama dari program ini meliputi dokumen feasibility study yang komprehensif, mencakup analisis ekosistem, regulasi, pasar, hingga aspek teknologi. Selain itu, tim juga menghasilkan analisis bisnis modul VR dan mendaftarkan Kekayaan Intelektual terkait dokumen serta desain awal modul. 

Tahap berikutnya adalah merancang modul interaktif berbasis skenario klinis yang meniru situasi nyata, serta mengembangkan perangkat keras yang menyerupai kondisi alat medis. Dengan kombinasi perangkat lunak dan perangkat keras ini, diharapkan residen dapat berlatih dalam kondisi yang sangat mendekati praktik klinis sesungguhnya. Inovasi ini juga berpotensi untuk diadopsi secara luas oleh institusi pendidikan kedokteran di seluruh Indonesia. Jika berhasil diimplementasikan secara nasional, teknologi VR akan memperluas akses pembelajaran, meningkatkan kualitas residen, dan meminimalisasi risiko terhadap pasien.

Direktur Inovasi dan Riset Berdampak Tinggi UI, Chairul Hudaya, Ph.D., menegaskan bahwa program ini selaras dengan visi UI dalam menghadirkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan bangsa. “UI tidak hanya fokus pada riset yang menghasilkan publikasi, tetapi juga pada inovasi yang berdampak nyata. Pengembangan modul VR ini membuktikan bahwa teknologi dapat membantu menciptakan pembelajaran yang lebih inklusif, aman, dan berkelanjutan. Kami berharap hasil studi ini bisa menjadi pijakan kuat untuk melahirkan standar baru dalam pendidikan kedokteran di Indonesia,” ujarnya.

Dengan pengembangan modul ini, Universitas Indonesia sekali lagi menegaskan perannya sebagai pelopor dalam inovasi pendidikan berbasis teknologi. Kolaborasi antara Fakultas Ilmu Administrasi, Fakultas Kedokteran, serta dukungan program inovasi UI menjadi contoh sinergi lintas disiplin yang menghasilkan solusi nyata. Di tengah perkembangan teknologi global, langkah UI ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran, tetapi juga menempatkan Indonesia sejajar dengan negara-negara maju yang telah lama mengintegrasikan Virtual Reality dalam sistem pelatihannya. Lebih dari itu, inovasi ini menghadirkan optimisme bahwa generasi dokter masa depan akan dibekali dengan keterampilan yang lebih baik, lebih aman, dan lebih siap menghadapi tantangan kesehatan masyarakat.

Penulis: M. Iqram