Melasma merupakan kelainan pigmentasi kulit berupa bercak kecoklatan tidak teratur pada wajah yang sering dialami oleh perempuan, terutama dengan tipe kulit Fitzpatrick IV–VI. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan proses pembentukan melanin (melanogenesis) yang dapat memengaruhi penampilan dan menurunkan kepercayaan diri penderita. Selama ini, terapi melasma umumnya menggunakan krim triple combination atau injeksi asam traneksamat. Namun, hasil yang diperoleh masih terbatas, efek samping relatif tinggi, dan tingkat kekambuhan cukup besar. Untuk menjawab tantangan tersebut, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSCM mengembangkan terapi berbasis sekretom dari medium terkondisikan sel punca mesenkim sebagai pendekatan baru yang lebih efektif dan aman dalam menangani melasma.
Inovasi ini berupa produk berbasis sekretom, yaitu kumpulan molekul bioaktif yang disekresikan oleh sel punca mesenkim adiposa (Adipose Derived Mesenchymal Stem Cell Secretome /ADMSCS) dalam medium terkondisikan. Sekretom mengandung faktor pertumbuhan, sitokin, makromolekul, dan vesikel ekstraseluler seperti eksosom yang mampu merangsang regenerasi jaringan kulit serta mengatur proses pigmentasi. Produk ini dikembangkan untuk terapi melasma melalui metode injeksi intradermal sekretom terkonsentrasi yang diharapkan dapat menggantikan atau melengkapi terapi konvensional yang ada saat ini.
Inovasi ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan terapi lain. Terapi sekretom terbukti memiliki efektivitas tinggi dalam mengurangi hiperpigmentasi dan memperbaiki warna kulit secara merata. Pendekatannya bersifat non-hormonal dan regeneratif karena bekerja dengan menstimulasi faktor pertumbuhan alami tanpa mengganggu sistem endokrin. Selain itu, risiko efek sampingnya lebih rendah dibandingkan penggunaan krim kombinasi kimia atau terapi laser. Pemberian intradermal memungkinkan zat aktif bekerja langsung pada lapisan kulit yang mengalami gangguan pigmentasi. Tak hanya itu, terapi ini juga memiliki potensi komersialisasi yang besar karena dapat dikembangkan menjadi produk bioteknologi lokal dengan daya saing global di bidang medis estetik.
Metode pengembangan inovasi ini dilakukan melalui pendekatan eksperimental klinis terkontrol dengan membandingkan tiga kelompok perlakuan. Kelompok pertama menerima injeksi sekretom terkonsentrasi secara intradermal sebesar 2 mL menggunakan jarum 30G pada lesi melasma. Kelompok kedua menjalani terapi standar menggunakan krim triple combination, sedangkan kelompok ketiga menerima injeksi asam traneksamat intradermal dengan dua variasi dosis, yaitu 10 mg/mL dan 25 mg/mL. Penelitian dilakukan terhadap 90 peserta yang dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok perlakuan. Selama 12 minggu, peserta menjalani terapi sesuai kelompoknya, kemudian dievaluasi melalui berbagai parameter seperti skor mMASI, mexameter, pemeriksaan dermoskopi, serta kuesioner kualitas hidup MELASQoL-INA.
Sekretom yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari sel punca mesenkim jaringan adiposa yang diproduksi oleh Instalasi Pelayanan Terpadu Teknologi Kedokteran Sel Punca RSCM–FKUI dengan standar sterilitas dan keamanan yang ketat. Analisis dilakukan untuk menilai efektivitas, keamanan, serta korelasi antara hasil klinis dan peningkatan kualitas hidup pasien setelah terapi.
Gambar: Produk Berbasis Sekretom dari Medium Terkondisikan Sel Punca
Tujuan utama dari inovasi ini adalah menilai efektivitas dan keamanan terapi injeksi sekretom intradermal dibandingkan terapi konvensional. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui perubahan tingkat pigmentasi kulit setelah pemberian terapi, menilai dampaknya terhadap kualitas hidup pasien, serta menghasilkan protokol terapi sekretom yang dapat diajukan untuk perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dan pendaftaran izin edar ke BPOM. Secara lebih luas, inovasi ini diharapkan dapat menghadirkan alternatif terapi regeneratif berbasis bioteknologi lokal yang efektif, ekonomis, dan berdaya saing global, sekaligus menjadi kontribusi nyata Indonesia dalam pengembangan teknologi kedokteran berbasis sel punca.
Prof. Dr. dr. Irma Bernadette S. Sitohang, Sp.D.V.E., Subsp. D.K.E., berharap “Melalui penelitian yang berjudul “Pengembangan Produk Berbasis Sekretom dari Medium Terkondisikan Sel Punca untuk Terapi Melasma” ini, saya berharap dapat menghadirkan terapi baru yang lebih efektif dan aman bagi penderita melasma, sekaligus membuka jalan bagi pendekatan regeneratif alami kulit yang berbasis pada bioteknologi” ujarnya.
Direktur Inovasi dan Riset Berdampak Tinggi Universitas Indonesia, Chairul Hudaya, Ph.D., menyampaikan bahwa riset ini merupakan wujud nyata bagaimana universitas berperan aktif dalam menciptakan solusi kesehatan berbasis bioteknologi yang berdampak langsung bagi masyarakat. “Pengembangan produk berbasis sekretom ini menunjukkan bahwa hasil riset akademik bisa melahirkan inovasi bernilai ekonomi sekaligus sosial,” ujar Chairul. “DIRBT UI akan terus mendorong hilirisasi riset seperti ini agar tidak berhenti di laboratorium, melainkan bisa hadir di tengah masyarakat sebagai produk kesehatan yang inovatif dan membanggakan Indonesia.”
Melalui kolaborasi lintas disiplin antara peneliti, klinisi, dan industri, Universitas Indonesia berupaya memperkuat posisi bangsa dalam ekosistem riset biomedis global. Inovasi sekretom untuk terapi melasma menjadi salah satu contoh nyata bagaimana sains dan teknologi dapat bertransformasi menjadi solusi yang relevan, berkelanjutan, dan berdampak luas bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan memanfaatkan Sekretom dari sel punca mesenkim adiposa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan hasil klinis yang lebih baik tanpa efek samping berlebih serta dapat mencegah kekambuhan melasma setelah penghentian terapi, yang sering kali terjadi pada penggunaan terapi gold standard melasma saat ini.
Lebih dari sekadar riset medis, inovasi ini diharapkan menjadi bukti nyata kemampuan peneliti Indonesia dalam mengembangkan produk bioteknologi lokal yang dapat bersaing di tingkat global. Melalui kolaborasi lintas disiplin antara peneliti, klinisi, dan industri, hasil penelitian ini diharapkan dapat dihilirisasi menjadi produk kesehatan inovatif yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Pada akhirnya, penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk mengatasi masalah pigmentasi kulit, tetapi juga menjadi langkah awal dalam inovasi sekretom yang dapat dijadikan pijakan bagi pengembangan terapi serupa untuk berbagai penyakit kulit lainnya di masa mendatang serta membawa Indonesia lebih dekat menuju masa depan kesehatan berbasis sains dan inovasi.