Metode Penilaian Titer Antibodi Netralisasi HPV 11 dan HPV 6 Inovasi UI untuk Mengukur Antibodi Pasca Vaksinasi HPV

Vaksin HPV merupakan salah satu langkah penting dalam melindungi perempuan dari risiko terinfeksi Human Papillomavirus (HPV), virus penyebab utama kanker leher rahim atau serviks. Program vaksinasi HPV menargetkan cakupan 90% pada anak perempuan usia 15 tahun di tahun 2030, dengan harapan target tersebut mampu menurunkan angka kejadian kanker serviks dari 27 per 100.000 penduduk per tahun menjadi hanya 4 per 100.000 penduduk per tahun. Untuk memastikan efektivitas vaksin, antibodi pasca vaksinasi perlu diukur melalui uji netralisasi atau neutralization assay. Gold standard dari metode ini adalah Viral Neutralizing Test (VNT) atau Pseudovirus Neutralizing Test (PVNT). Namun, VNT menggunakan virus hidup sehingga harus dilakukan di laboratorium dengan standar keamanan tinggi BSL-3. Di Indonesia, fasilitas BSL-3 hanya dimiliki oleh sedikit institusi dan membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi, sehingga PVNT dipandang sebagai metode yang lebih ideal karena tetap akurat namun lebih aman dan praktis.

Saat ini, metode yang banyak digunakan adalah Surrogate Virus Neutralization Test (SVNT), tetapi metode ini dinilai kurang sensitif dan kurang spesifik dibandingkan VNT atau PVNT. Bahan utama untuk mengembangkan PVNT adalah pseudovirus HPV. Sayangnya, hingga kini belum ada pihak yang menjual pseudovirus di Indonesia, sementara dari luar negeri hanya tersedia dalam bentuk produk jadi tanpa disertai transfer teknologi untuk produksi. Kondisi ini mendorong Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT Biofarma untuk mengembangkan kit uji antibodi pasca vaksinasi berbasis pseudovirus HPV, khususnya HPV tipe 6 dan 11.

Metode ini bertujuan menghasilkan cara penilaian antibodi yang lebih aman dan praktis, namun tetap akurat dalam mengukur efektivitas vaksin HPV. Keunggulannya adalah metode ini tidak berbahaya, karena tidak menggunakan virus utuh melainkan pseudovirus yang telah dimodifikasi genetik sehingga tidak infektif. Selain itu, metode ini tidak memerlukan laboratorium BSL-3, sehingga lebih mudah diimplementasikan di banyak tempat. Meskipun aman, pseudovirus tetap mampu berinteraksi dengan antibodi hasil vaksinasi HPV sehingga valid untuk digunakan dalam pengukuran efektivitas vaksin.


Gambar 1. Konsep PVNT. Antibodi dari pasien yang telah diimunisasi akan menetralkan antibody sehingga tidak dapat menginfeksi sel. Prinsip ini digunakan dalam kit. (www.berthold.com/en/bioanalytic/solutions-sars-cov-2-covid-19-research/pseudovirus-neutralization-assays-in-sars-cov-2-research/ )

Proses produksi pseudovirus dilakukan dengan menggunakan gen sintetik melalui plasmid pVITRO-HPV6L1L2 dan pVITRO-HPV11L1L2. Plasmid tersebut kemudian dikotransfeksikan bersama plasmid lain yang menghasilkan marker penanda, dan sel HEK293T berperan sebagai mesin produksi. Sel yang terinfeksi pseudovirus akan berpendar karena adanya marker tersebut, dan sinyalnya dapat ditangkap oleh mesin deteksi. Hasil produksi pseudovirus HPV ini juga telah didokumentasikan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM), di mana pseudovirus HPV 6 dan HPV 11 dapat diamati dengan jelas. Prinsip kerja kit ini adalah antibodi dari pasien yang telah diimunisasi akan menetralkan pseudovirus sehingga tidak dapat menginfeksi sel, dan mekanisme ini digunakan sebagai dasar uji pengukuran.

Gambar 2: Desain produksi pseudovirus HPV 6 dan HPV 11

Tujuan utama dari metode ini adalah menciptakan kit berbasis pseudovirus HPV 6 dan HPV 11 yang dapat digunakan untuk mengukur antibodi pasca vaksinasi HPV di Indonesia. Ke depannya, kit antibodi berbasis pseudovirus ini diharapkan dapat mendukung kemandirian bangsa dalam hal pengujian efektivitas vaksin HPV. PT Biofarma direncanakan akan menjadi institusi pertama yang memanfaatkannya untuk menguji vaksin yang mereka produksi sendiri.


Gambar 3: Pseudovirus HPV 11. Gambar diperoleh dengan menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM)

Proyek inovasi ini digagas oleh Ketua Pengusul, Aroem Naroeni, DEA, Ph.D, bersama anggota tim peneliti yaitu Dr. dr. Budiman Bela, SpMK(K), Devia Natalicka, S.Si., M.Biomed., Aulia Tresna, S.Si., M.Biomed., Lukman Hakim, S.Si., dan Mardian Eka Putri, SKM. Penelitian ini juga didukung oleh kolaborasi strategis dengan mitra PT Biofarma.  Aroem Naroeni, DEA, PhD, berharap agar dapat memproduksi kit pengukur antibodi “Harapannya adalah dapat memproduksi kit pengukur antibodi paska vaksinasi HPV.” ujarnya. 

Sejalan dengan itu, Direktur Direktorat Inovasi dan Riset Berdampak Tinggi Universitas Indonesia, Chairul Hudaya, Ph.D., menegaskan bahwa inovasi ini memiliki nilai strategis bagi pengembangan riset dan hilirisasi di bidang kesehatan. Ia menyampaikan, Pengembangan kit berbasis pseudovirus HPV ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana inovasi riset dari universitas dapat menjawab kebutuhan industri dan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan mitra strategis, hasil riset tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi juga dapat diimplementasikan untuk mendukung kemandirian bangsa di bidang kesehatan.” Penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada kemajuan sains dan teknologi di bidang kesehatan, tetapi juga diharapkan mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas melalui pencegahan kanker serviks yang lebih efektif di masa depan.

 

Penulis: M. Iqram