Dunia kesehatan dan fitofarmaka Indonesia kembali menorehkan prestasi melalui inovasi teh herbal berbahan dasar daun hanjeli (Coix lacryma-jobi) yang kaya manfaat. Inovasi ini merupakan hasil riset mendalam dari tim peneliti berdedikasi tinggi yang dipimpin oleh Prof. Dr. apt. Berna Elyya, M.Si, bersama anggota tim apt. Roshamur Cahyan Forestrania, M.Sc., Ph.D., dan Dr. apt. Syamsu Nur, S.Farm., M.Sc. Tim ini berhasil mengolah daun tanaman hanjeli—yang selama ini dikenal sebagai sumber pangan lokal bernutrisi—menjadi produk teh kesehatan bebas kafein dengan aktivitas antioksidan tinggi bernama Teh Lacryma. Inovasi ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga mengangkat nilai ekonomi tanaman hanjeli di tingkat petani.
Tanaman hanjeli telah lama dikenal memiliki berbagai khasiat pengobatan tradisional, namun sebagian besar pemanfaatannya masih berfokus pada biji. Tim peneliti UI berhasil mengeksplorasi potensi luar biasa dari daun hanjeli yang sering terabaikan. “Daun hanjeli mengandung berbagai fitocompound, yaitu zat aktif alami yang terbukti secara ilmiah menunjukkan aktivitas antioksidan tinggi. Dengan pengolahan yang tepat berbasis teknologi farmasi, kami berhasil menciptakan Teh Lacryma yang aman dikonsumsi dan memberikan manfaat kesehatan optimal,” jelas Prof. Berna.
Keunggulan utama Teh Lacryma terletak pada kandungan antioksidannya yang tinggi, menjadikannya alternatif ideal untuk meningkatkan asupan antioksidan harian. Teh ini juga aman bagi penderita diabetes karena bebas gula dan menggunakan daun stevia sebagai pemanis alami. Riset tim Prof. Berna berfokus pada kandungan bioaktif dalam daun hanjeli yang menjadi kunci manfaat kesehatannya, antara lain sebagai agen antioksidan kuat untuk melawan radikal bebas penyebab penuaan dini dan penyakit degeneratif, mendukung imunitas dan vitalitas melalui kandungan protein serta vitamin E, berperan sebagai peluruh air seni alami (diuretik) untuk menjaga kesehatan ginjal, serta berpotensi membantu menurunkan kadar glukosa darah berdasarkan hasil uji in vitro.

Gambar: Produk Teh Lacryma dari Daun Hanjeli
Keberhasilan inovasi ini merupakan hasil sinergi riset multidisiplin, di mana Prof. Berna memimpin standarisasi bahan alam, Dr. Syamsu Nur berfokus pada validasi ilmiah, dan apt. Roshamur Forestrania memastikan formulasi serta cita rasa produk. Tim juga mengembangkan dua varian rasa, yaitu Original (untuk antioksidan dan imunitas) serta Jahe (untuk efek menghangatkan tubuh).
Inovasi ini memberikan dampak ganda, baik bagi kesehatan maupun ekonomi lokal. Dari sisi kesehatan, Teh Lacryma menjadi pilihan minuman fungsional yang aman untuk semua kalangan. Sementara di sisi ekonomi, penelitian ini telah diimplementasikan dalam program pengabdian masyarakat yang melatih petani hanjeli mengolah daun hanjeli menjadi produk bernilai jual tinggi. Langkah ini secara langsung meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. “Kami berharap Teh Lacryma tidak hanya menjadi produk inovatif dari kampus, tetapi juga motor penggerak ekonomi kerakyatan. Dengan mengangkat daun hanjeli dari limbah pertanian menjadi produk fungsional bernilai tinggi, kita membuka peluang baru bagi petani untuk mendapatkan pendapatan yang lebih berkelanjutan,” ujar apt. Roshamur Forestrania.
Direktur Direktorat Inovasi dan Riset Berdampak Tinggi Universitas Indonesia, Chairul Hudaya, Ph.D., turut memberikan apresiasinya terhadap riset ini. “Inovasi seperti Teh Lacryma merupakan contoh nyata bagaimana riset universitas dapat memberikan dampak langsung bagi masyarakat. Selain berkontribusi pada peningkatan kesehatan, inovasi ini juga mendorong pemberdayaan ekonomi lokal melalui pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan,” ungkap Chairul Hudaya.
Inovasi Teh Herbal Daun Hanjeli ini menjadi bukti nyata hasil riset berkualitas tinggi yang memberikan dampak tinggi (high impact) dan menjadi solusi berbasis alam bagi kesehatan masyarakat, sejalan dengan upaya menuju kemandirian obat herbal nasional.



