Gangguan berkemih merupakan salah satu masalah kesehatan yang kerap diabaikan, padahal dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan. Pemeriksaan uroflowmetri, yaitu pengukuran kecepatan dan pola aliran urin, selama ini hanya bisa dilakukan di fasilitas kesehatan dengan alat konvensional. Sayangnya, metode tersebut sering kali terbatas pada satu kali pemeriksaan, sehingga kurang mencerminkan pola berkemih sehari-hari. Selain itu, alat impor yang tersedia relatif mahal dan belum ada solusi praktis untuk penggunaan mandiri.
Menjawab tantangan tersebut, tim peneliti dari Universitas Indonesia mengembangkan Home Uroflowmetry, sebuah perangkat inovatif yang memungkinkan pasien melakukan pemeriksaan uroflowmetri secara mandiri di rumah. Perangkat ini menggunakan sensor berat berakurasi tinggi, menggantikan sensor aliran konvensional, sehingga hasil pengukuran lebih andal. Data yang dihasilkan langsung terhubung ke aplikasi bladder diary digital melalui modul bluetooth, kemudian tersimpan secara otomatis dan dapat dibagikan kepada dokter.
Keunggulan Home Uroflowmetry terletak pada kemudahan akses, akurasi, serta efisiensi biaya. Pasien dapat melakukan pemeriksaan berulang di rumah, sehingga hasilnya lebih representatif terhadap kondisi harian. Dibandingkan dengan perangkat impor, inovasi ini menawarkan alternatif yang lebih terjangkau, sekaligus nyaman dan privat bagi pengguna. Integrasi digital juga menjadikannya sejalan dengan perkembangan rekam medis elektronik dan layanan kesehatan berbasis teknologi.
Gambar 1: Design Prototipe Home Uroflowmetry
Prototipe perangkat ini dirancang di Fakultas Teknik UI dengan teknologi cetak 3D. Dalam proses pengembangannya, metode yang digunakan meliputi beberapa tahapan penting. Pertama, tahap desain dan pembuatan prototipe dilakukan dengan memanfaatkan teknologi cetak 3D di Fakultas Teknik UI. Kedua, pada tahap pemilihan sensor, tim awalnya menggunakan flow sensor namun kemudian beralih ke weight sensor untuk meningkatkan akurasi hasil pengukuran. Ketiga, perangkat diintegrasikan dengan aplikasi digital melalui modul bluetooth. Aplikasi smartphone ini menampilkan parameter uroflowmetri seperti laju pancaran urin maksimal, laju pancaran urin rerata, jumlah miksi, serta grafik aliran urin. Keempat, dilakukan uji coba berupa benchmarking di laboratorium yang kemudian dilanjutkan dengan pilot study pada 15–20 subjek sehat. Terakhir, hasil pengukuran dibandingkan dengan alat konvensional menggunakan analisis uji korelasi Pearson dan uji T tidak berpasangan untuk memvalidasi keakuratan dan reliabilitas perangkat.
Gambar 2: Prototipe Home Uroflowmetry dan Simulasi Penggunaannya
Menurut ketua tim peneliti, Prof. dr. Harrina Erlianti Rahardjo, Sp.U(K), Ph.D., inovasi ini diharapkan dapat mendukung deteksi dini gangguan berkemih dengan data yang lebih akurat dan representatif. Lebih jauh lagi, Home Uroflowmetry juga diharapkan mampu mengurangi ketergantungan Indonesia pada alat medis impor dan menjadi solusi karya anak bangsa yang berdaya saing tinggi.
Menanggapi lahirnya inovasi ini, Chairul Hudaya, Ph.D., selaku Direktur Direktorat Inovasi dan Riset Berdampak Tinggi UI, menyampaikan apresiasinya. “Home Uroflowmetry adalah contoh nyata bagaimana riset lintas disiplin di UI dapat menghasilkan solusi yang langsung menjawab kebutuhan masyarakat. Kami percaya inovasi ini tidak hanya bermanfaat di bidang kesehatan, tetapi juga membuka jalan bagi kemandirian bangsa dalam pengembangan teknologi medis,” ujarnya.
Ke depan, tim peneliti menargetkan produksi massal dan komersialisasi melalui kolaborasi dengan industri, sekaligus mengupayakan sertifikasi medis agar perangkat ini bisa digunakan secara luas. Integrasi penuh dengan sistem rumah sakit juga menjadi langkah penting untuk mendukung layanan kesehatan digital di Indonesia.
Penulis: M. Iqram