Sebuah terobosan teknologi kesehatan kembali lahir dari Universitas Indonesia melalui startup HerLens, yang hadir sebagai solusi untuk mendeteksi dini kanker serviks dengan pendekatan yang akurat, cepat, dan dapat diakses oleh masyarakat luas, terutama di daerah terpencil. HerLens dikembangkan oleh tim mahasiswa lintas disiplin dari UI yang prihatin terhadap tingginya angka kematian akibat kanker serviks- penyebab kematian kanker tertinggi kedua pada perempuan di Indonesia.
Lebih dari 103 juta perempuan di Indonesia berisiko terkena kanker serviks. Metode deteksi dini yang paling murah dan umum digunakan, seperti tes IVA, hanya memiliki akurasi sekitar 66–69% dan sangat bergantung pada keahlian tenaga kesehatan. Untuk menjawab tantangan ini, HerLens merupakan sebuah inovasi teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) yang dapat bekerja secara offline yang terintegrasi dengan kamera ponsel pintar, memungkinkan skrining kanker serviks dilakukan dengan akurasi hingga 85%.
“Inovasi ini lahir dari keresahan kami melihat betapa sulitnya akses alat deteksi dini yang berkualitas di banyak daerah,” ujar Nidya Anifa, S.T., CEO HerLens dari Program Studi Teknik Biomedik, Fakultas Teknik UI. Dengan teknologi yang dibangun menggunakan model convolutional neural network (CNN) dan dilatih menggunakan lebih dari 1.200 citra serviks, HerLens memungkinkan proses deteksi lesi pra-kanker secara cepat dan objektif, bahkan tanpa koneksi internet.
HerLens tidak hanya menawarkan produk teknologi, tetapi juga menggabungkannya dengan pendekatan komunitas. Melalui kerja sama bersama Female Cancer Program, HerLens telah melakukan kegiatan penyuluhan, edukasi, dan layanan skrining gratis kepada ratusan perempuan. Dalam uji coba di RSCM Kintani, lebih dari 100 pasien telah dilibatkan bersama lima dokter spesialis OB-GYN, dengan hasil yang memperlihatkan peningkatan kualitas deteksi dibanding metode konvensional.
Sepanjang perjalanannya, HerLens telah mengikuti berbagai program inkubasi dan kompetisi internasional, di antaranya UI Incubate, Apple Developer Academy Catalyst Program, SheHacks 2024, LiftHER Grant Challenge, hingga menjadi finalis Hult Prize Global Accelerator 2024 di Inggris. Pendanaan pun berhasil diperoleh dari berbagai pihak, termasuk dari STIC, Samsung Solve for Tomorrow, dan NUS Health Hack.

Gambar: Tampilan Aplikasi Mobile HerLens
Dalam waktu 1–2 tahun ke depan, HerLens menargetkan ekspansi layanan ke lebih banyak wilayah di Indonesia serta pengurusan perizinan produk untuk tahapan komersialisasi. Harapannya, teknologi ini bisa menjadi bagian dari sistem deteksi kanker serviks nasional yang terintegrasi, mengurangi beban rumah sakit, dan menjangkau perempuan-perempuan yang selama ini tertinggal dalam akses layanan kesehatan.
“Kami ingin HerLens menjadi jembatan yang menjawab kesenjangan antara teknologi dan akses kesehatan yang adil. Ini bukan hanya tentang alat, tapi juga tentang harapan bagi jutaan perempuan Indonesia,” tutup Nidya.
Dengan kolaborasi yang terus dibangun bersama akademisi, sektor medis, dan komunitas perempuan, HerLens optimis menjadi pelopor transformasi layanan deteksi dini kanker serviks di Indonesia—menuju sistem kesehatan yang lebih inklusif dan berbasis teknologi.
Penulis: Raras Mijil Ciptoningtyas & M. Iqram
Editor: Chandra Salim



