Model penerbitan jurnal akademis saat ini menghadapi tantangan besar akibat sistem yang tersentralisasi. Biaya article processing charge (APC) yang sangat tinggi, pengalihan hak cipta dari penulis kepada penerbit, lamanya waktu publikasi, serta minimnya insentif bagi peer reviewer menjadi hambatan utama bagi diseminasi ilmu pengetahuan yang terbuka dan adil. Menjawab tantangan tersebut, Fronsciers hadir sebagai platform publikasi akademik berbasis teknologi blockchain dan kecerdasan artifisial (AI) dengan model terdesentralisasi. Dengan biaya publikasi hanya $50 per artikel—99% lebih murah dibanding penerbit konvensional—serta waktu tunggu maksimal 14 hari, Fronsciers memberikan solusi publikasi cepat, terjangkau, dan transparan tanpa kehilangan hak cipta bagi penulis.
Sistem publikasi ilmiah konvensional selama ini dihadapkan pada berbagai kendala, mulai dari biaya publikasi ekstrem yang mencapai lebih dari $11.000 per artikel untuk jurnal bereputasi Q1, hingga kompensasi minim bagi peninjau bestari yang sering kali tidak mendapat pengakuan. Di sisi lain, akses publik terhadap riset ilmiah pun dibatasi oleh paywall, menghambat pemerataan pengetahuan global, sementara manipulasi reputasi ilmiah melalui pembelian sitasi dan fake researchers kian merusak kredibilitas akademik. Kondisi ini semakin berat bagi peneliti di negara berkembang, yang sering kali harus menanggung biaya publikasi secara mandiri karena keterbatasan dana hibah riset.
Fronsciers menawarkan solusi dengan membangun sistem publikasi yang efisien, adil, dan transparan melalui pendekatan peer-to-peer knowledge network. Teknologi DOCI (Direct On-Chain Identifier) digunakan untuk mencatat kepemilikan kekayaan intelektual secara permanen di jaringan blockchain, sedangkan Fronsciers Impact Index menjadi metrik dampak riset berbasis time-decay yang menampilkan reputasi peneliti secara transparan dan dapat diverifikasi publik. Selain itu, Fronsciers juga menghadirkan skema bagi hasil yang memungkinkan penulis dan peer reviewer menerima royalti dari setiap sitasi, pembacaan, maupun diskusi yang terjadi pada platform. Reviewer pun mendapatkan kompensasi dalam bentuk token digital (SPL Token) dan badges yang mencerminkan kontribusi mereka terhadap komunitas akademik global.
Melalui platform www.fronsciers.com, Fronsciers menyediakan layanan publikasi open-access yang permanen dan tersedia 24/7. Produk inovatif lainnya berupa Fronsciers ID Card dengan teknologi NFC Tag 2 berfungsi sebagai kartu nama digital yang memuat tautan portofolio dan CV peneliti, sehingga memudahkan kolaborasi lintas negara saat konferensi. Kartu ini juga menjadi pintu masuk ke dalam ekosistem Fronsciers serta alat verifikasi kelayakan sebagai peninjau bestari berdasarkan riwayat publikasi peneliti.

Gambar 1: Perbedaan fronsciers.com dengan platfrom publikasi yang ada saat ini
Inovasi ini memiliki manfaat strategis yang luas. Bagi peneliti, Fronsciers menghadirkan publikasi yang hemat biaya, mempertahankan hak cipta, memberikan insentif royalti, dan menyediakan sistem reputasi akademik yang objektif. Bagi universitas, Fronsciers memungkinkan efisiensi anggaran publikasi serta memberikan akses real-time terhadap data riset yang sedang berkembang. Sementara bagi masyarakat, Fronsciers membuka akses gratis terhadap riset ilmiah terkini tanpa hambatan finansial.
Fronsciers juga berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 4: Quality Education dan SDG 9: Industry, Innovation, and Infrastructure. Dengan memangkas biaya publikasi hingga 99% dan menghapus paywall, Fronsciers memperluas akses publikasi bagi peneliti dari berbagai latar belakang ekonomi dan wilayah. Selain itu, sistem insentif berbasis blockchain bagi peninjau bestari turut meningkatkan motivasi dan kualitas riset global, sejalan dengan upaya memperkuat infrastruktur pengetahuan dan inovasi di tingkat internasional.

Gambar 2: Mekanisme monetisasi pada platfrom fronsciers.com
Dari sisi bisnis, Fronsciers menerapkan model monetisasi berkelanjutan melalui biaya publikasi rendah, sistem royalti berbasis interaksi, tokenisasi kontribusi akademik, serta kemitraan dengan universitas dan lembaga riset untuk mengintegrasikan sistem reputasi digital. Keunggulan kompetitifnya terletak pada efisiensi biaya dan waktu publikasi—hanya 1% dari biaya tradisional dan dengan proses terbit maksimal 14 hari—tanpa mengorbankan kredibilitas ilmiah.
Sebagaimana disampaikan oleh Rejoel Mangasa Siagian, CEO Fronsciers, “Fronsciers berambisi membangun jejaring pengetahuan global yang terdesentralisasi, tempat setiap peneliti memiliki kendali penuh atas karya dan reputasinya. Dengan menggabungkan kekuatan blockchain, AI, dan insentif ekonomi digital, Fronsciers ingin memberdayakan peneliti dan universitas untuk mandiri secara finansial melalui hasil riset yang berdampak. Inisiatif ini bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi juga gerakan sosial untuk demokratisasi ilmu pengetahuan global.”
Mendukung langkah tersebut, Chairul Hudaya, Ph.D., selaku Direktur Direktorat Inovasi dan Riset Berdampak Tinggi (DIRBT) Universitas Indonesia, menegaskan bahwa Fronsciers merupakan salah satu startup potensial yang berhasil lolos dan menerima pendanaan dari program UI Incubate 2025. “Fronsciers menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk mengatasi persoalan mendasar dalam dunia akademik. Melalui dukungan UI Incubate 2025, kami berharap startup ini dapat memperluas dampaknya secara global dan menjadi contoh nyata bagaimana inovasi kampus bisa melahirkan solusi yang transformatif,” ujar Chairul.
Melalui semangat kolaborasi dan inklusivitas, Fronsciers berupaya menciptakan ekosistem akademik baru yang lebih terbuka, berkeadilan, dan berorientasi pada dampak. Inovasi ini menjadi langkah nyata menuju masa depan di mana ilmu pengetahuan tidak lagi dibatasi oleh biaya, hierarki, atau monopoli, melainkan menjadi milik bersama untuk kemajuan umat manusia.



